" Terima kasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini dan sebagai ungkapan terima kasih, kami akan berikan 1 e-book mengenai usaha gratis untuk anda. Silahkan unduh disini atau disini "
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori evolusi yang berkembang sekarang
sudah sangat maju dan tidak seperti yang dibayangkan orang. Banyak konsep yang
sudah berubah, tidak menandakan bahwa teori evolusi itu salah, tetapi
konsep-konsep tersebut berbeda karena orang dahulu mempunyai interpretasi yang
berbeda atas dasar informasi yang minimum. Proses kemunculan dan kepunahan merupakan suatu
proses alamiah seperi kehidupan dan kematian. Adanya kematian merupakan
kehilangan tetapi juga sekaligus memberikan keuntungan bagi kelompok lain untuk
dapat berkembang. Proses evolusi yang menyangkut kehidupan di daratan pada
dasarnya melibatkan banyak sekali mekanisme, sehingga diperlukan proses yang
relatif lama. Setelah daratan berhasil dikuasai, maka sebagian besar organisme
yang ada sekarang adalah hasil dari perjuangan ini.
Proses kemunculan suatu kehidupan
merupakan hal yang sangat penting. Lamanya bumi ini kosong menunjukkan bahwa
proses yang terjadi untuk menghasilkan suatu kehidupan berlangsung sangat
sulit. Banyaknya organisme yang muncul tetapi kemudian punah juga menunjukkan
bahwa proses yang terjadi sangat sulit. Kepunahan masal merupakan suatu
bencana. Tetapi kepunahan masal pun merupakan suatu anugerah bagi kelompok
organisme lainnya. Adanya kepunahan akan memberikan kesempatan pada kelompok
organisme yang sebelumnya tertekan perkembangannya dapat berevolusi.
1.2.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang di atas, maka dalam
makalah ini dirumuskan beberapa masalah mengenai kepunahan yaitu :
1. Apakah yang
dimaksud dengan kepunahan?
2.
Bagaimanakah Teori-Teori Kepunahan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kepunahan
Dalam sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima kali peristiwa kepunahan
besar-besaran. Hal ini terjaadi pada masa Kambrian, Ordovisian, Devonian,
Permian dn Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian masal, maka peristiwa
kematioan masal pada periode Permian merupakan kejadian yang paling buruk dalam
sejarah bumi. Pada waktu itu sekitar 75% organisme punah. Namun pada masa
kretasea sebelum peristiwa kematian masal, jumlah organisme hidup sudah
melebihi keadaan sebelum peristiwa kematian Permian. Setelah peristiwa kematian
Kretasea, maka kini jumlah organismepun masih meningkat lagi sehingga
diperkirakan jumlah organisme sudah dua kali lipat dari pada keadaan sebelum
peristiwa kematian Permian.
2.2. Teori-teori
Apakah yang menyebabkan peristiwa kematian tersebut di atas ada sejumlah
teori yang dikemukakan para ahli, dan kemungkinan besar beberapa teori dapat
bekerja secara simultan atau merupakan akibat dari kemungkinan terdahulu.
1. Teori Pergerakan
Benua dan Terbentuknya Pangea
Akibat bergeraknya benua, maka jumlah panjang pantai menjadi sangat pendek
dibandingkan dengan keadaan apabila bumi terdiri dari banyak benua. Hal ini
menyebabkan sejumlah besar organisme laut yang hidup di air dangkal akan punah.
Selain itu konsekuensi yang juga timbul adalah adanya satu daratan menyebabkan
timbulnya perubahan cuaca yang drastis. Sebagai contoh, semua daratan
diberbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika Utara) akan memiliki daerah gurun.
Daratan yang luas dan datar menyebabkan daerah tengah tidak mendapat cukup air
hujan, karena hujan sudah turun di daerah yang tidak terlalu jauh dari pantai.
Akibat timbulnya gurun yang besar, maka sebagian besar ikan akan menjadi
berubah, kering. Sebagian besar organisme daratan dan air akan punah.
2. Teori Vulkanisme
Mengingat contoh vulkanisme akan menimbulkan perubahan yang besar untuk
suatu daerah. Letusan suatu gunung berapi dapat berlangsung berbulan-bulan dan
akibatnya paling tidak mempengaruhi sebagian muka bumi. Di indonesia kita
mengenal beberapa kepunahan yang sangat besar dan garis tengahnya lebih dari 20
km, misalnya Danau Toba, Danau Tondano, dan Daerah Dieng. Diperkirakan bahwa
letusan gunung tersebut beberapa ratus kali lebih dahsyat daripada letusan
Gunung Krakatau. Akibat gunug krakatau saja, banjir besar menimpa daerah Negri
Belanda yang berjarak puluhan ribu kilometer. Apabila ada sejumlah besar gunung
berapi sebesar gunung Krakatau atau Tambora meletus, maka akan timbul kegelapan
selama berbulan-bulan. Hal ini akan menyebabkan perubahan cuaca yang sangat
drastis. Pengaruh letusan Gunung Galunggung saja telah hampir memusnahkan
beberapa spesies di Jawa Di Pangandaran, jumlah banteng tinggal tiga ekor dari
35 ekor sebelumnya. Menurut hasil visum, kebanyakan banteng mati karena ada
deposit debu vulkanis di paru-paru, dan sejumlah besar abu vulkanis di dalam
lambung yang tidak dapat dikeluarkan dengan feces, mungkin karena terlalu
berat.
3. Teori Meteorit
atau Supernova
Memorit berukuran sangat besar yang menabrak bumi akan menyebabkan
perubahan iklim global, selain menimbulkan gempa bumi, akan memberikan akibat
yang serupa dengan letusan gunung berapi, yang berarti perubahan cuaca. Ledakan
supernova (bintang raksasa) di luar angkasa akan menyebarkan debu bintang yang
mungkin menimbulkan kegelapan. Debu bintang dapat pula mempengaruhi magnetik
bumi. Apabila kutub magnetik bumi berubah, maka akan terjadi gempa bumi, karena
poros bumi mengalami perubahan. Menurut penelitian, kutub magnetik bumi memang
sudah tidak tapat dari yang diperhitungkan dahulu. Selain itu meteorit atau
supernova dapat membawa suatu unsur seperti lagam berat (misalnya iridium) yang
beracun bagi kehidupan di muka bumi.
4. Teori Glasiasi
Turunnya hujan salju selam 1 minggu di Kota Roma menjadi berita utama di
tahun 1987. Hal ini disebabkan karena Kota Roma tidak setiap tahun kedatangan
salju. Biasanya hujan salju yang turun disana hanya sepuluh tahun sekali. Pada
tahun 1987, salju menumpuk sampai hampir 2 meter, lalu lintas terputus, listrik
mengalami banyak gangguan. Akibatnya puluhan orang meninggal dunia karena
kedinginan dan kelaparan. Gambaran peristiwa diatas dapat terjadi lebih parah
lagi di masa lalu. Apabila hal itu terjadi di kota, bagaimana pula keadaannya
di alam terbuka. Banyak satwa yang mati, dan tanaman yang hancur. Adanya zaman
es menyebabkan cuaca bumi menurun secara drastis dan menimbulkan kematian masal
bagi organisme yang tidak teradaptasi. Menurunnya suhu bumi sebanyak satu
derajat saja sudah dapat memperluas lingkaran kutub menjadi beberapa puluh ribu
km2, dan hal ini menyebabkan kematian organisme daerah tersebut.
5. Teori Adanya Air
Bah
Air merupakan penyebab kepunahan yang paling umum dijumpai. Hujan yang
turun empat sam pai lima hari sudah menimbulkan banjir, tanah longsor dan
kerusakan tempat penghunian, ladang dan hewan ternak. Akibat hujan beberapa
hari saja sudah dapat menaikkan air sampai beberapa meter dan di daerah muara
dapat sampai belasan meter. Akibatnya seperti yang dapat kita lihat di
Bangladesh. Banyak ternak yang mati, tanaman pangan rusak total. Apabila hal
ini berlangsung beberapa minggu saja, maka seluruh daerah akan mati,
meninggalkan pohon-pohon yang besar saja. Sesudah banjir biasanya penyakit
mewabah, sehingga apa yang tertinggal ikut mati pula apabila tidak ditangani.
Akibat glasiasi berakhir, maka seluruh daratan Sunda dan daratan Sahul
terendam air, meninggalkan daerah dataran tinggi saja dan menjadikan Indonesia
berbentuk kepulauan. Banyaknya organisme yang punah tidak dapat diperkirakan.
6. Teori Epidemi atau
Pandemi
Kematian masal suatu organisme misalnya setelah glasiasi atau banjir selain
memusnahkan organisme yang terdapat di daerah tersebut, juga akan menimbulkan
penyakit lainnya. Ada proses pembusukan besar-besaran, dan penyakit berkembang
dengan pesat karena sanitasi yang buruk. Akibatnya banyak organisme lain yang
ikut mati karena jumlah mikroba pembusukan meningkat dan menimbulkan infeksi
pada organisme yang hidup di sekitarnya.
7. Teori Naiknya Suhu
Muka Bumi (Greenhouse Effect)
Adanya jumlah CO2 yang besar akan menyebabkan temperaturmuka
bumi naik. Hal ini disebabkan oleh karena CO2 akan membentuk lapisan
yang menghambat masuknya sinar matahari. Akibatnya setiap pemanasan pada siang
hari akan tetap tertahan pada malam hari, dan dengan demikian, udara bertambah
lama bertambah panas.
8. Teori Radiasi
Ultra Violet dan Lubang Ozon
Lubang ozon menimbulkan mutasi pada organisme karena kemampuannya menembus
sel dan memotong-motong DNA. Rusaknya DNA umumnya menyebabkan organisme yang
dikenai sinar ultraviolet mengalami mutasi yang kemungkinan besar merugikan
sehingga punah. Dengan adanya lubang ozon, maka suhu muka bumi akan naik dan
contoh pada masa kini adalah banyaknya organisme yang punah akibat naiknya
temperatur muka bumi.
9. Teori
Berkembangnya Mamalia Kecil Setelah Perubahan Temperatur Global
Mamalia kecil diperkirakan mulai berkembang di muka bumi tidak lam setelah
kemunculan Reptilia. Sebelumnya, Mamalia tertekan perkembangannya karena
bersaing dengan Dinosaurus. Namun pada waktu terjadi perubahan muka bumi,
keberadaan Mamalia tidak banyak terpengaruh, sebaliknya sebagian besar
Dinosaurus punah.
10. Teori Campur Tangannya ManusiA
Hal ini terutama berlaku untuk buaya, penyu dan kura-kura besar.
Penyebabknya adalah karena over harvesting dan over exploiting untuk kesenangan
atau ketamakan sekelompok orang dan rasa sekuriti kelompok yang lain.
Dari kesembilan penyebab utama yang disebutkan di atas, maka hanya tiga
penyebab utama (epidemi, Mamalia, dan Manusia)yang tidak mempengaruhi perubahan
temperatur muka bumi secara umum, kecuali pada zaman modern. Mengapa naik
turunnya temperatur muka bumi berpengaruh pada kepunahan reptilia, terutama
Dinosaurus ?
a.
Kebanyakan Reptilia tidak mengerami telurnya, tetapi menguburnya di dalam
tanah.
b.
Kebanyakan Reptilia mempunyai determinasi seks yang bergantung kepada
temperatur. Hal ini berarti bahwa suhu lingkungan akan menentukan jenis
kelainan organisme yang akan menetas dari telur.
c. Mengapa keberadaan Mamalia menjadi ancaman bagi
Reptilia ? kalau temperatur bumi turun, maka Reptilia memerlukan waktu yang
lebih lama untuk aktif, sedangkan Mamalia tidak demikian. Diperkirakan sifat
homoioterm merupakan kunci keberhasilan Mamalia. Karena kemampuan
termoregulasi, maka kenaikan suhu bumi, keberdaan Mamalia tidak terpengaruh
sebesar pengaruh yang terjadi pada organisme poikiloterm.
d.
Kalau temperatur bumi naik, maka Reptilia harus bersembunyi kalau tidak mereka
dapat hiperaktif dan memerlukan energi tinggi, disebabkan karena Reptilia tidak
mempunyai kemampuan termoregulasi yang baik. Mamalia memang ikut menderita pada
zaman glasiasi, tetapi dapat mengatur suhu tubuhnya secara lebih mudah,
sehingga tidak perlu menjadi hiperaktif.
e.
Pada masa kepunahan, maka sebagian besar organisme punah, dan ini berarti
punahnya sebagian besar mangsa. Reftilia berukuran besar akan lebih sulit
mencari mangsa, tetapi tidak demikian bagi Reptilia kecil dan Mamalia. Mereka
bersaing tetapi Mamalia dapat aktif siang atau malam, sedangkan Reptilia lebih
terbatas jam operasinya karena perlu penyesuaian diri terhadap lingkungan yang
waktunya lebih lambat dibandingkan Mamalia. Mamalia kecil yang lebih gesit
mempunyai kemampuan menyembunyikan diri dari Reptilia berukuran besar.
f.
Telur Reptilia merupakan mangsa bagi Reptilia dan Mamalia kecil, sedangkan
Mamalia tidak mempunyai telur yang bebas yang dapat di mangsa organisme lain.
g.
Mamalia menjaga anaknya sedangkan kebanyakan Reptilia tidak.
h.
Konsekuensi dan determinasi seks yang bergantung kepada temperatur. Reptilia
mempunyai detyerminasi seks yang bergantung kepada temperatur. Apabila kita
kaji strategi reproduksi Reptilia, diketahui bahwa proses pematangan telur
ditentukan oleh penyinaran mata hari. Di sini tidak ada masalah apakah
temperatur muka bumi naik atau turun. Adanya perubahan temperatur akan
mengakibatkan timbulnya salah satu jenis kelamin saja, jantan atau betina.
Dengan demikian, semua telur yang menetas akan menghasilkan salah satu jenis
kelamin saja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima kali peristiwa kepunahan
besar-besaran. Hal ini terjaadi pada masa Kambrian, Ordovisian, Devonian,
Permian dn Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian masal, maka peristiwa
kematioan masal pada periode Permian merupakan kejadian yang paling buruk dalam
sejarah bumi. Lubang ozon menimbulkan mutasi pada organisme karena kemampuannya
menembus sel dan memotong-motong DNA. Rusaknya DNA umumnya menyebabkan
organisme yang dikenai sinar ultraviolet mengalami mutasi yang kemungkinan
besar merugikan sehingga punah.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar,Dr Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung : ITB
Sukiya. 2005. Biologi
Vertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang.
0 Response to "makalah kepunahan"
Post a Comment